Anak Stunting dan Kaitannya dengan Isu Susu Kental Manis
Benarkah Susu Kental Manis Sebabkan Stunting?
Stunting... Stunting... Stunting...
Akhir-akhir ini, sering dong ya denger kata-kata ini. Karena iklan layanan masyarakat ini sering di-publish di berbagai media siaran.
Kebetulan kalau aku seringnya
Secara pribadi sih, dengar kata "stunting" ini bahkan sejak dek Rara baru lahir, 3 tahun silam. Karena Yangti-nya, yang kebetulan juga sebagai tenaga kesehatan di instansi pemerintahan, selalu ngingetin soal tumbuh kembang dek Rara agar tidak stunting.
Dan lagi, program pemerintah tentang "stunting" ini kan sedang galak-galaknya, jadi wajar sebagai nenek, beliau juga khawatir tentang pertumbuhan cucu cewek satu-satunya ini.
Tapi apa sih Stunting itu?
Dan apa kaitannya stunting ini dengan isu Susu Kental Manis yang kapan lalu sempat mencuat?
Simak sampai akhir, ya! temans, bunda, ayah, oma, oppa ^o^ *oppa ya bukan opa-opa, ehh~
Apa itu Stunting?
Stunting adalah bentuk kekurangan gizi kronis yang secara fisik memiliki tinggi badan dibawah standar pertumbuhan anak normal. dapat terjadi sejak janin dalam kandungan, namun baru nampak pada saat anak berusia 2 tahun.
Stunting biasanya ditandai dengan:
- Tubuh pendek dibawah rata-rata
- Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Kemampuan belajar menurun
Dampak jangka pendeknya adalah, terganggunya perkembangan kecerdasan otak, metabolisme, dan gangguan pada pertumbuhan fisiknya.
Sedangkan dampak jangka panjang bagi penderita yang tidak ditangani dengan baik sedini mungkin, memiliki resiko penurunan kemampuan kognitif otak, memiliki imunitas rendah, dan beresiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti jantung dan penyakit pembuluh darah.
Penyebab Stunting
Kalau melihat dampak serta resiko diatas, rasanya miris, bagaimana generasi berikutnya bangsa ini. Mengingat, menurut data Global Nutrition Report 2016, Indonesia tercatat memiliki 36,4% balita stunting.Dan ini, bukan angka yang rendah ya, temans.
Lalu apa sih, penyebabnya?
Secara umum, stunting atau kekerdilan ini disebabkan oleh gizi buruk pada ibu (hamil), praktik pemberian dan kualitas asupan makanan yang buruk pada anak dan ibu menyusui, anak sering mengalami infeksi, serta perilaku hidup yang kurang bersih.
Calon ibu dengan berat badan kurang, mengalami anemia dan kekurangan gizi, memiliki potensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kondisi ini akan semakin beresiko menjadi bayi stunting apabila tidak segera ditangani dengan baik, yaitu dengan pemberian cukup gizi pada ibu menyusui maupun pada bayinya.
Kekurangan asupan nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) inilah yang menjadi penyebab umum kasus bayi stunting. Dan 1000 hari pertama kehidupan ini, dimulai sejak terciptanya janin dalam kandungan.
Selain malnutrisi atau kekurangan gizi kronis, sanitasi yang tidak layak juga semakin menambah tingginya resiko. Sebab, sanitasi yang buruk ini erat kaitannya dengan resiko terjadinya penyakit diare dan infeksi cacing usus (cacingan) secara berulang-ulang pada anak.
Dan kedua penyakit tersebut pun, terbukti ikut berperan menyebabkan stunting juga.
aku nyempil dimana ya? photo by arinamabruroh.com |
Peran Serta Sahabat YAICI bersama Muslimat NU dalam Upaya Pencegahan Stunting
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional tahun 2019, sahabat YAICI bersama Muslimat NU, mengadakan kegiatan Edukasi Gizi Bagi Ibu untuk Menyikapi Iklan Pangan Menyesatkan dalam Upaya Melindungi & Mewujudkan Generasi Sehat, Indonesia Unggul.Kegiatan yang berlangsung selama 3 jam di aula Gedung Keuangan - Renon Denpasar pada sabtu 7 Desember lalu ini, mengundang segenap pengurus cabang Muslimat NU se-Bali untuk diajak turut serta berkontribusi dalam mensosialisasikan program pencegahan stunting pada kegiatan majelis taklim di daerah masing-masing.
Alhamdulillah, aku dan beberapa teman Blogger juga berkesempatan hadir dan menjadi bagian dari campaign ini.
Turut hadir dalam acara ini, beberapa narasumber dari berbagai bidang terkait, yaitu:
1. Ibu Dian Nardiani SKM MPH - Kabid KesMas Dinkes prov. Bali, mewakili bapak Gubernur I Wayan Koster.
2. Ibu Budiastuti Arieswati, S.Si., Apt., M.Kes - ahli muda pengawas farmasi dan makanan dari BPOM
3. Ibu Dra. Hj. Ani Haniah, MA - Ketua PW Muslimat Bali
4. Bapak Arif Hidayat, SE, MM - Ketua Harian YAICI
Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia atau dikenal dengan YAICI, merupakan yayasan yang fokus pada bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup. YAICI memiliki harapan besar dapat turut serta menumbuhkan anak-anak dan perempuan Indonesia yang cerdas dan berbudi luhur sehingga berdampak pada terwujudnya Generasi Indonesia Emas 2045.
Pun, Muslimat NU yang merupakan salah satu organisasi keagamaan dan sosial terbesar di Indonesia, juga merasa memiliki tanggung jawab dalam mengedukasi masyarakat Indonesia demi terwujudnya penerus bangsa generasi emas 2045.
Dari kesamaan visi misi ini, YAICI bersama Muslimat NU sepakat menjalin kerjasama untuk mengedukasi masyarakat bagaimana cara yang tepat dalam mengonsumsi susu kental manis, sebagai bentuk pengawalan surat edaran BPOM tentang SKM, yang dalam hal ini erat kaitannya dengan isu Stunting.
Kaitan Stunting dengan Isu Susu Kental Manis
Beberapa waktu lalu, berita tentang bayi meninggal akibat mengonsumsi susu kental manis di Kendari, cukup menghebohkan khalayak ramai. Hingga tagline Susu Kental Manis BUKANLAH SUSU, pun mencuat dimana-mana.Berita simpang siur juga turut berseliweran meramaikan jagat per-netizenan, bahkan beberapa unggahan justru seolah 'menuding' kinerja BPOM perkara ijin edar pada susu kental manis yang notabene tidak bisa serta merta disebut susu itu.
Parahnya, umat netizen yang maha benar itu, yang juga malas membaca isi konten, yang mudah terprovokasi dengan judul yang 'clickbait' dan auto share. Hasilnya, tentu saja ghibah dan fitnah jamaah para netizen maha benar yang semakin keruh.
Dan aku, yang manusia awam ini,
Jadi, begini ya temans!
Fakta Susu Kental Manis
Menurut para ahli, susu kental manis (SKM) bukanlah susu, tetapi minuman yang terbuat dari gula dan susu.
Nah, yang menjadi persoalan, prosentase gula dan susunya ini nih, gulanya seberapa susunya seberapa.
Faktanya,
Produk-produk susu kental manis -kini telah berganti label menjadi krimer kental manis- yang beredar dipasaran telah lulus uji BPOM dan MUI.
Jadi, produk susu kental manis ini tidak ada yang salah pada produknya, dan dalam hal ini BPOM juga sudah mengeluarkan ijin edar sesuai hasil uji dan aturan yang ada.
Nah, yang menjadi polemik adalah, "iklan" pada susu kental manis yang sudah terbit sejak puluhan tahun silam dan mendoktrin masyarakat Indonesia secara luas inilah yang tidak sesuai dengan label dan peruntukannya. Dimana seolah-olah SKM merupakan minuman susu bernutrisi dan bergizi selayaknya susu, serta baik untuk diminum anak-anak.
Sesuai dengan surat edaran BPOM tentang Label dan Iklan pada produk susu kental manis dan analognya, menegaskan bahwa SKM tidak untuk dikonsumsi anak-anak sebagai minuman susu yang memiliki nilai gizi mencukupi selayaknya susu.
Dalam surat edaran ini juga, BPOM melarang iklan SKM menampilkan anak-anak usia balita dan memvisualisasikan SKM sebagai produk susu bernutrisi dan kaya protein.
Dari dua data grafis diatas dapat diartikan bahwa, SKM tidak memiliki kandungan yang mampu menambah atau mencukupi angka kebutuhan gizi pada anak-anak, sehingga tidak dapat difungsikan sebagai sumber nutrisi tunggal terutama untuk bayi dan balita.
Hasil survey YAICI yang dilakukan di 3 provinsi dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia, yakni Aceh, Kalimantan Tengah, dan sulawesi utara pada agustus - oktober 2019, menunjukkan 35,9% responden dari ibu dengan anak usia 0-5 tahun memberikan minuman SKM kepada anaknya setiap hari.
Dan dari seluruh responden di 3 provinsi tersebut, ditemukan fakta mengejutkan bahwa 37% ibu-ibu responden memberikan SKM kepada anak bayi dan balitanya karena menganggap SKM adalah minuman susu.
Ironisnya lagi, sebanyak 73% responden mengetahui informasi salah-kaprah ini dari iklan di media penyiaran maupun media massa.
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa, cukup banyak ibu-ibu yang masih minim literasi gizi dan beranggapan bahwa SKM adalah susu. Sehingga, pemberian susu pada bayi dan balita yang kurang tepat inilah yang dapat mengakibatkan tingginya gizi buruk sehingga berdampak pada kondisi stunting.
Berikut garis besar upaya pencegahan stunting tersebut:
Nah masih minimnya tingkat literasi masyarakat kita, juga menjadi kendala besar perihal melek pengetahuan gizi ini, sehingga dibutuhkan sosialisasi dan edukasi melalui berbagai kegiatan kelompok di masyarakat.
Tetapi, perlu diketahui juga, tidak semua susu baik untuk dikonsumsi anak-anak.
Susu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis:
Nah, rendahnya tingkat literasi gizi ini juga berdampak pada minimnya pengetahuan tentang susu yang sesuai untuk dikonsumsi masing-masing kelompok umur.
Ibu Dra. Hj. Ani Haniah, MA - Ketua PW Muslimat Bali menerangkan dari sisi Islam, bahwa bayi sebaiknya, dan seharusnya diberi susu ASI selama 2 tahun.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 233, yang dalam kutipan ayat pertamanya berisikan:
Artinya, susu yang paling baik bagi Bayi hingga 2 tahun adalah ASI. Namun, apabila kondisi ini tidak memungkinkan, bisa digantikan dengan susu formula yang sesuai untuk bayi.
Sedangkan bayi diatas 2 tahun, sudah bisa diberikan susu non-formula yang memenuhi kandungan gizi sesuai, untuk menambah asupan gizi selain dari makanan.
Artinya, jumlah porsi makanan yang tepat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan gizi seimbang tersebut.
Namun lagi-lagi, masyarakat kita masih minim pengetahuan tentang porsi asupan makanan yang proporsional.
Masih sering ditemui, dalam satu porsi makan, takaran nasi putih jumlahnya jauh lebih banyak dari takaran yang disarankan.
Begitupun dengan lauk yang tidak seimbang, biasanya porsinya jauh lebih sedikit, yang parahnya kadang justru disertai dengan tambahan "lauk" berupa karbo seperti mie.
Sudah begitu, porsi sayur yang sangat minim (malah kadang tidak ada) diperparah dengan cara pengolahan yang tidak tepat.
Rusak sudah panduan pedoman kaidah porsi makan yang benar.
*Aku juga masih sering gitu sih, ehh~
Ketua harian YAICI, bapak Arif Hidayat, SE, MM mengingatkan bahwa susu kental manis bukanlah minuman susu.
Visualisasi dan analog iklan SKM/KKM yang selama ini menyesatkan, memang bukan perkara gampang untuk meluruskannya.
Kesalah-pemahaman tentang penggunaan susu (krimer) kental manis ini nyatanya masih terus berlangsung, terutama di daerah terpencil yang minim akses susu formula bayi.
Akibatnya, masih banyak bayi yang diberi susu (krimer) kental manis sebagai sumber gizi tunggal yang dianggap setara dengan produk susu.
Meluruskan persepsi melenceng akibat iklan menyesatkan susu kental manis yang sudah terpatri berabad ini, sekali lagi, tentu saja tidak mudah.
Merupakan PR besar bagi banyak pihak untuk membenahi kesalah-pahaman tersebut, tetapi, BPOM telah mengambil langkah kongkrit dengan menerbitkan surat edaran yang melarang menampilkan anak balita dalam iklan SKM, termasuk pelarangan visualisasi dan analog bahwa SKM setara dengan produk susu yang dapat menambah nilai gizi atau bernutrisi.
Sampai disini apakah masalah selesai?
tentu tidakkkkk...
Karena sekali lagi, merubah mindset itu tidak mudah!
Itu sebabnya, sebagai bentuk dukungan terhadap surat edaran BPOM untuk melindungi konsumen khususnya anak-anak ini, YAICI bersama Muslimat NU sepakat untuk mengawal surat edaran tersebut dan mengimplementasikannya dalam sosialisasi serta mengedukasi masyarakat untuk bijak dalam mengonsumsi susu (krimer) kental manis (SKM), yang intinya sebagai berikut:
Sera W.
- SKM mengandung gula sebesar 40-50 persen.
- Kadar gula pada SKM yang tinggi ini, dapat menyebabkan resiko diabetes dan obesitas pada anak-anak.
- Asupan gula yang berlebihan juga dapat merusak gigi pada anak-anak.
- Kandungan gizi pada SKM lebih rendah dibandingkan dengan jenis susu lainnya.
- Kalsium dan protein pada SKM lebih rendah daripada susu bubuk atau susu segar,
Iklan Susu Kental Manis dan Pemahaman Masyarakat Awam
Pada dasarnya, susu kental manis adalah produk legal, iyes, LEGAL.Produk-produk susu kental manis -kini telah berganti label menjadi krimer kental manis- yang beredar dipasaran telah lulus uji BPOM dan MUI.
Jadi, produk susu kental manis ini tidak ada yang salah pada produknya, dan dalam hal ini BPOM juga sudah mengeluarkan ijin edar sesuai hasil uji dan aturan yang ada.
Nah, yang menjadi polemik adalah, "iklan" pada susu kental manis yang sudah terbit sejak puluhan tahun silam dan mendoktrin masyarakat Indonesia secara luas inilah yang tidak sesuai dengan label dan peruntukannya. Dimana seolah-olah SKM merupakan minuman susu bernutrisi dan bergizi selayaknya susu, serta baik untuk diminum anak-anak.
Meskipun saat ini label pada produk sudah diganti menjadi "krimer kental manis", bukan susu kental manis lagi ya, tapi... masyarakat Indonesia secara jamak sudah kadung beranggapan bahwa SKM adalah minuman susu.
Sesuai dengan surat edaran BPOM tentang Label dan Iklan pada produk susu kental manis dan analognya, menegaskan bahwa SKM tidak untuk dikonsumsi anak-anak sebagai minuman susu yang memiliki nilai gizi mencukupi selayaknya susu.
Dalam surat edaran ini juga, BPOM melarang iklan SKM menampilkan anak-anak usia balita dan memvisualisasikan SKM sebagai produk susu bernutrisi dan kaya protein.
Dari dua data grafis diatas dapat diartikan bahwa, SKM tidak memiliki kandungan yang mampu menambah atau mencukupi angka kebutuhan gizi pada anak-anak, sehingga tidak dapat difungsikan sebagai sumber nutrisi tunggal terutama untuk bayi dan balita.
Hasil survey YAICI yang dilakukan di 3 provinsi dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia, yakni Aceh, Kalimantan Tengah, dan sulawesi utara pada agustus - oktober 2019, menunjukkan 35,9% responden dari ibu dengan anak usia 0-5 tahun memberikan minuman SKM kepada anaknya setiap hari.
Dan dari seluruh responden di 3 provinsi tersebut, ditemukan fakta mengejutkan bahwa 37% ibu-ibu responden memberikan SKM kepada anak bayi dan balitanya karena menganggap SKM adalah minuman susu.
Ironisnya lagi, sebanyak 73% responden mengetahui informasi salah-kaprah ini dari iklan di media penyiaran maupun media massa.
survey pengaruh iklan susu kental manis |
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa, cukup banyak ibu-ibu yang masih minim literasi gizi dan beranggapan bahwa SKM adalah susu. Sehingga, pemberian susu pada bayi dan balita yang kurang tepat inilah yang dapat mengakibatkan tingginya gizi buruk sehingga berdampak pada kondisi stunting.
Upaya pencegahan Stunting
Sesuai dengan arahan program pemerintah, YAICI bersama dengan Muslimat NU siap bersinergi dengan segenap instansi terkait, dalam membantu mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat sebagai upaya pencegahan stunting.Berikut garis besar upaya pencegahan stunting tersebut:
1. Pentingnya Pengetahuan Orang Tua Mengenai Asupan Gizi Untuk Anak
Jelas, pengetahuan Orang Tua mengenai asupan gizi anak sangat diperlukan karena, orang tua lah yang memiliki andil besar dalam proses tumbuh kembang anak. Dan bagaimana pun, pertumbuhan anak itu tanggung jawab kita orang tuanya, ibu bapaknya, bukan tetangga bukan pak RT bukan pula pak camat, bukan ya!Nah masih minimnya tingkat literasi masyarakat kita, juga menjadi kendala besar perihal melek pengetahuan gizi ini, sehingga dibutuhkan sosialisasi dan edukasi melalui berbagai kegiatan kelompok di masyarakat.
2. Tidak Semua Susu Baik untuk Dikonsumsi Anak
Susu merupakan sumber protein hewani dan kaya kalsium yang sangat baik dan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak-anak. Yang sejatinya, kebiasaan minum susu harus dimulai sejak dini.Tetapi, perlu diketahui juga, tidak semua susu baik untuk dikonsumsi anak-anak.
Susu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis:
- Air Susu Ibu (ASI)
- Susu Segar
- Susu Ultra High Temperature (UHT)
- Susu Bubuk
- Susu Kental Manis (SKM)
Nah, rendahnya tingkat literasi gizi ini juga berdampak pada minimnya pengetahuan tentang susu yang sesuai untuk dikonsumsi masing-masing kelompok umur.
in frame: Ketua YAICI - Bapak Arif (kiri), Ketua PW Muslimat Bali Ibu Ani Haniah (kanan) |
Ibu Dra. Hj. Ani Haniah, MA - Ketua PW Muslimat Bali menerangkan dari sisi Islam, bahwa bayi sebaiknya, dan seharusnya diberi susu ASI selama 2 tahun.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 233, yang dalam kutipan ayat pertamanya berisikan:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Artinya, susu yang paling baik bagi Bayi hingga 2 tahun adalah ASI. Namun, apabila kondisi ini tidak memungkinkan, bisa digantikan dengan susu formula yang sesuai untuk bayi.
Sedangkan bayi diatas 2 tahun, sudah bisa diberikan susu non-formula yang memenuhi kandungan gizi sesuai, untuk menambah asupan gizi selain dari makanan.
3. Sehat Berawal dari Isi Piringku
Selain dari susu, makanan dengan gizi seimbang tentu saja menjadi penentu pemenuhan kebutuhan gizi bagi anak.Artinya, jumlah porsi makanan yang tepat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan gizi seimbang tersebut.
Namun lagi-lagi, masyarakat kita masih minim pengetahuan tentang porsi asupan makanan yang proporsional.
Masih sering ditemui, dalam satu porsi makan, takaran nasi putih jumlahnya jauh lebih banyak dari takaran yang disarankan.
Begitupun dengan lauk yang tidak seimbang, biasanya porsinya jauh lebih sedikit, yang parahnya kadang justru disertai dengan tambahan "lauk" berupa karbo seperti mie.
Sudah begitu, porsi sayur yang sangat minim (malah kadang tidak ada) diperparah dengan cara pengolahan yang tidak tepat.
Rusak sudah panduan pedoman kaidah porsi makan yang benar.
*Aku juga masih sering gitu sih, ehh~
4. Bijak Menggunakan Susu Kental Manis
Bagaimana dengan perihal konsumsi susu kental manis?Ketua harian YAICI, bapak Arif Hidayat, SE, MM mengingatkan bahwa susu kental manis bukanlah minuman susu.
Visualisasi dan analog iklan SKM/KKM yang selama ini menyesatkan, memang bukan perkara gampang untuk meluruskannya.
Kesalah-pemahaman tentang penggunaan susu (krimer) kental manis ini nyatanya masih terus berlangsung, terutama di daerah terpencil yang minim akses susu formula bayi.
Akibatnya, masih banyak bayi yang diberi susu (krimer) kental manis sebagai sumber gizi tunggal yang dianggap setara dengan produk susu.
karena yang putih, bukan berarti susu.
Meluruskan persepsi melenceng akibat iklan menyesatkan susu kental manis yang sudah terpatri berabad ini, sekali lagi, tentu saja tidak mudah.
Merupakan PR besar bagi banyak pihak untuk membenahi kesalah-pahaman tersebut, tetapi, BPOM telah mengambil langkah kongkrit dengan menerbitkan surat edaran yang melarang menampilkan anak balita dalam iklan SKM, termasuk pelarangan visualisasi dan analog bahwa SKM setara dengan produk susu yang dapat menambah nilai gizi atau bernutrisi.
Sampai disini apakah masalah selesai?
tentu tidakkkkk...
Karena sekali lagi, merubah mindset itu tidak mudah!
Itu sebabnya, sebagai bentuk dukungan terhadap surat edaran BPOM untuk melindungi konsumen khususnya anak-anak ini, YAICI bersama Muslimat NU sepakat untuk mengawal surat edaran tersebut dan mengimplementasikannya dalam sosialisasi serta mengedukasi masyarakat untuk bijak dalam mengonsumsi susu (krimer) kental manis (SKM), yang intinya sebagai berikut:
- SKM bukanlah minuman yang dapat disetarakan dengan susu, SKM hanya berfungsi sebagai penambah citarasa minuman atau makanan, sebagai topping maupun filling.
- SKM tidak mengandung gizi yang sepadan dengan susu, sehingga pemberian SKM pada bayi dan balita sebagai sumber nutrisi tunggal merupakan kegagal-pahaman yang hakiki, serta dapat berakibat terjadinya bayi gagal tumbuh atau stunting
- Mengonsumsi SKM dalam jumlah lebih, baik itu anak-anak maupun dewasa, beresiko diabetes dan obesitas karena kandungan gulanya yang tinggi. Hal ini juga beresiko terhadap kesehatan gigi bagi anak-anak.
Mari menjadi masyarakat cerdas, dan bijak mengonsumsi susu kental manis.
Karena kualitas generasi penerus bangsa ini, dimulai dari kita.
Karena kualitas generasi penerus bangsa ini, dimulai dari kita.
Sera W.
Selama ini kita dibodohi iklan yah. Klo udah minum SKM seolah kebutuhan gizi anak sdh terpenuhi.
Sempat baca perjuangan orang2 untuk menghentikan iklan SKM dan juga aktif kampanye SKM bukan susu.
iya, aku juga dulu menganggapnya skm juga layaknya susu, hanya saja memiliki kandungan gula tinggi.
Tapi yang membuatku tercengang adalah, masih banyak di pelosok yang memberikan skm ini untuk bayi di bawah 2 tahun.
bikin prihatin yah
Iya syedih
Susah juga memang memutus mindset masyarakat mengenai SKM ini. Padahal di kemasannya juga udah tertera nggak boleh buat bayi dan balita. Tapi, gimana ya, kebanyakan orang lebih sering membandingkan harga. Terutama karena susu khusus pertumbuhan anak itu nggak murah jadi banyak yang berpaling ke SKM. Aku masih inget waktu SD ada kegiatan bagi2 susu setiap hari Kamis abis olahraga. Rasanya, program seperti ini harus diadakan lagi kali ya. Biar anak2 yang gak mampu minum susu bisa tetap tercukupi kebutuhan kalsiumnya
iya, karena memang iklan yang ditampilkan dalam bentuk video dan gambar itu lebih mudah mendoktrin, daripada sebuah tulisan di label yg juga kecil pula ukurannya. Faktor harga juga jelas pengaruh.
Mungkin di setiap daerah harus punya peternakan susu yang bisa dijual dalam bentuk susu segar kali ya, kan jaman dulu banyak kayak gitu. kayaknya harganya juga jauh lebih murah.
Aku juga awalnya nyangka kalo minum SKM bakal memenuhi standar gizi gitu. Nggak taunya malah berdampak pada penyakit tidak menular 😢
Hehe iya, tapi kan sekatang udah tau, udah dibatasin dong ya konsumsinya. Xixixi
Wah baru tahu aku jika SKM ini bukan susu untuk anak anak dan sangat berpotensi penyebab stunting, kasian kan anak anak kita di kasi gula, padahal mereka sedang butuh asupan yang lebih baik bukan sekedar gula
Jadi paham dampak negatif konsumsi SKM