Self-Love untuk Kesehatan Jiwa Raga, Penting kah?

self love

Bestie, annyeong! Dalam rangka memaknai hari Kartini, 21 April lalu saya mengikuti sharing session dengan tema self love dan self care ini. Tapi, seberapa perlu sih kita harus mencintai diri sendiri? Bagaimana self love dan self care yang benar tanpa menguras kantong?

Yuk langsung simak ya, bestie. Semoga rangkuman saya ini bisa mewakili seluruh materi yang disampaikan oleh para narasumber.

Pentingnya Self love untuk Kesehatan Mental dan Rasa Percaya Diri

Self love itu bukan narsis. Self love adalah bentuk menghargai dan menyayangi diri sendiri.

Di negara kita, tradisi merendah memang masih umum dan seakan wajib jika tidak ingin dianggap sombong. Kenyataannya, alih-alih merendah, justru rasa percaya diri kita ikut terkikis bersamanya. Bener apa bener?

Pengalaman pahit saya dengan budaya merendah

Saya cerita sedikit pengalaman saya, ya.

Saat saya masih di usia yang sangat belia, seusia siswa tahun terakhir sekolah dasar. Saat itu hari minggu, ibu saya sedang sibuk berkebun di halaman rumah karena beliau memang menyukai aneka tanaman.

Sementara saya, sedang atau baru saja selesai mencuci baju seragam sekolah beserta perintiannya. Karena itu adalah kegiatan wajib saya di akhir pekan kalau tidak ingin hari Senin saya menggunakan seragam kotor dan bau. Iya, ibu saya mendidik saya untuk mandiri sejak kecil. Sejak kelas 5 SD, saya sudah harus mencuci baju seragam sekolah dan segala perintiannya sendiri.

Saya lupa persisnya sedang melakukan apa, tapi yang jelas saat itu saya tidak sedang menganggur atau bermalas-malasan.

Kemudian seorang tetangga agak jauh, yang kebetulan juga guru saya sewaktu kelas 4 SD sedang lewat di depan rumah kami dan menyapa ibu saya. Lalu lanjut memuji bahwa saya rajin. Entah itu basa-basi, atau memang memuji karena apa yang sedang beliau lihat. Dan entah dengan atau tanpa memikirkan perasaan dan mental saya, ibu saya dong menjawabnya dengan basa-basi yang merendah seperti hal itu bukanlah kesalahan. Karena kebanyakan orang juga masih melakukan hal serupa.

“Ah, mboten Bu, nakal kok dia ini, malas, jam segini belum mandi,” ujarnya.

Whatt???

Saya yang sedari pagi nyuci seragam dan beberes rumah (karena nyapu dan ngepel tiap hari juga merupakan tugas saya sebagai anak sulung), tiba-tiba disebut sebagai pemalas dan nakal karena saya belum sempat mandi.

Jujur hati saya hancur kala itu. Saya sangat sedih, kenapa ibu saya sendiri justru merendahkan saya di hadapan orang lain. Saya tidak tahu kalau basa-basi dan merendah itu harus sampai sebegitunya.

Saya tidak menyalahkan ibu saya karena pemikiran beliau yang masih konvensional saat itu. Atau entah mungkin hal itu adalah pengajaran turun temurun dari nenek moyang kami. Saya hanya sedih. Kenapa budaya merendah ini harus benar-benar merendahkan diri dan seseorang.

Dengan keberadaan diri saya saat ini yang sering kurang percaya diri, apakah ini bentuk dari budaya merendah dengan dalil basa-basi yang selalu berulang tersebut?

Cara Self Love dan Self Care Tanpa Harus Boros

Well, pada kesempatan ngobrol seru bareng mbak Muara Makarim dan FWD Blogger Squad yang diadakan oleh FWD Insurance kemarin itu cukup membukan mata saya. Pada kesempatan tersebut, mbak Muara, ehh kita panggil kakak aja ya. Kak Muara juga menyinggung soal keberadaan budaya tampil merendah sebagai tradisi adat ketimuran.

Bukan berati kita harus tampil sombong loh ya. Tapi alangkah baiknya mengganti basa-basi merendahkan diri tersebut dengan ucapan terima kasih. Karena itu berarti kita juga meyakini bahwa kita layak. Begitu. Toh, orang lain yang sedang memuji kita bisa jadi memang beneran memuji dan bukan basa-basi.

Dalam kesempatan tersebut, kak Muara Makarim memberi kami cara tepat untuk belajar mencintai diri sendiri, self love dan self care, tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.

Kalau traveling, makan enak, perawatan ke salon & spa dengan alasan untuk healing. Sebetulnya itu bukan hal yang tepat juga. Alih-alih healing, tapi pulang-pulang malah mumet karena duitnya habis. Ya nggak sih?

Eh tapi bukan berati jalan-jalan dan makan-makan itu nggak guna ya, tetep guna dong. Misalnya, ngasih makan sosmed. Ehh. Tapi tetap harus diperhatikan dalam mengatur keuangannya juga. Karena untuk healing yang sebenarnya itu tidak selalu harus dengan hal-hal mevvah tersebut kok. Melainkan dengan membangun rasa percaya diri kita agar mampu tampil lebih tangguh di kondisi apa pun.

Apa itu? Chekidot!

Self Love ala Muara Makarim

Muara Makarim adalah seorang penulis buku berjudul “Vertical Journey: When Life Happens” dan juga Self Love & Purpose Coach. Kiprahnya dalam hal executive life coaching ini sudah lebih dari 15 tahun, loh. Jadi sudah tidak diragukan lagi dong ya.

Oke, langkah pertama yang harus kita lakukan untuk memulai self love adalah, mapping dulu kelebihan kita apa saja. Sebagai contoh dari kak Muara, beliau membaginya dalam kotak-kotak.

bagaimana caranya agar self love?

Kotak terbesar berisi kemampuan kita yang paling dominan. Kemudian kotak-kotak kecil berisi kelebihan atau kemampuan kita yang lainnya. Boleh diurut berdasarkan level dari yang tertinggi hingga terendah, misalnya.

Dari sini saja, sedikit banyak kita akan menyadari loh, kalau kita itu punya kelebihan. Kita punya hal baik yang layak untuk kita apresiasi. Kita punya alasan untuk tampil lebih percaya diri.

Dari mapping tersebut, lalu rumuskan dengan pertanyaan berikut:

- Where am I right now?

- Where do I need to invest more?

- Where do I need to maintain?

- How to get there?

Rumusan tersebut bermanfaat untuk upgrade diri dan menjadi lebih terarah. Kemudian, kak Muara juga mengajak untuk melanjutkan mapping dan rumusan di atas untuk melakukan rutinitas self love setiap harinya. In every morning misalnya.

Di waktu subuh, atau setelah ibadah pagi, tulis tentang semua hal yang patut kita syukuri hingga saat ini. Bahkan termasuk hal sekecil apa pun. Misalnya, sekarang saya sudah bisa loh mengurangi porsi makan nasi dan nggak loyo atau kelaparan. Atau, sekarang saya bisa loh minum jus buah atau sayuran tanpa dikasih gula atau susu kental manis. Dan seterusnya.

Selanjutnya, set sebuah goal harian. Tidak perlu yang muluk-muluk. Misalnya melakukan apa yang selama ini kita takuti atau hindari. Contohnya, bestie nggak suka banget yang namanya makan sayur. Atau nggak bisa hidup kalau nggak sarapan nasi sepiring dan nyemil gorengan sebaskom, misalnya. Misalnya loh ini, jangan dikaitin sama bakwan rebus yak.

Atau, yang selama ini suka malu-malu kalau disuruh presentasi. Atau, nggak pernah mau speak-up saat internal meeting *tapi kasak-kusuk di belakang, #ehh.

Lakukan! Lakukan goal yang sudah kita set tadi. Lalu tulis hasilnya saat malam, atau besok paginya. Atau, saat itu juga.

Kemudian yang terakhir adalah set intention, atau menetapkan niat. Biasanya untuk set intention ini kita perlu melakukan meditasi, atau merenung lah kasarannya. Perihal intention setting ini juga sudah pernah saya bahas di artikel sebelumnya, ya. Bestie bisa cek di artikel ini, Menjadi Perempuan Percaya Diri

FYI, program pengembangan perempuan yang digelar oleh asuransi kesehatan FWD ini memang saling berhubungan dan berkelanjutan, ya. Karena tujuannya memang untuk meng-upgrade para perempuan Indonesia agar menjadi wanita yang lebih percaya diri, cakap, serta tangguh di segala kondisi dan situasi.

Oke balik lagi ke set intention tadi. Mba Muara menganjurkan untuk melakukan daily short meditation. Cukup 5 – 15 menitan setiap pagi. Bestie juga bisa cari tutorialnya di YouTube tentang meditasi ini jika belum terbiasa. 

Dengan meditasi ini, kita tanya dengan jujur ke diri kita, hati kita, pikiran kita. Apa sih maunya kita. Kita inginnya jadi person yang bagaimana? Apa sih yang benar-benar membuat kita bahagia? Baik dari segi fisik dan mental. Dan seterusnya. Gitu.

Lakukan hal tersebut secara rutin setiap hari. Usahakan di waktu pagi hari. Selain agar lebih semangat memulai hari, juga dapat membangun mood yang bagus juga.

Sayang sekali karena waktunya memang juga nggak banyak dan memang sudah sore, jadi sesi pengembangan diri kali ini cukup sampai di sini dulu. Tapi ini sudah luar biasa banget, loh. Sedikit atau banyak, kita pasti menemukan insight baru dan tentunya akan lebih mencintai diri sendiri agar lebih bahagia sehingga bisa lebih membahagiakan orang-orang tercinta di sekitar kita.

Kuncinya adalah mulai merubah pola pikir kita sendiri, kita berhak kok bahagia, tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam dengan cara yang seperti kak Muara Makarim contohkan tersebut. So, self love itu penting, untuk kita dan untuk orang-orang tercinta di sekitar kita.



안녕!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url